Preface
Ada banyak hal yang lekat di
ingatan tentang segala sesuatu yang hadir pada saat-saat pertama, dan salah
satunya adalah cinta pertama. Lembah tidar seperti strawberry diatas kue tart.
Indah dan tak terduga. Disana kutemukan senyum, tawa, bahagia, dan rasa yang
paling tak terkira.. RINDU.
I wrote this story with nothing but the feelings I had
at that moment, those thoughts in mind about my first and only love.
Terima kasih teruntuk cinta pertamaku yang telah
banyak memberi arti dalam hidupku sampai aku mengalami berbagai rasa yang
begitu dahsyat.
Terima kasih telah menerima kekuranganku dengan segala
kekonyolanku. Terima kasih telah mengajariku ketidaktahuanku dan menunjukkan
arti sabar dan ikhlas. Terima kasih pernah mencintaiku, membuat aku menikmati
rasanya dicintai hingga aku mampu mencintaimu juga seperti ketika itu.
Then, from those reasons, just like a story writer I
wanna tell about the chapters of my love story as can as I remember.
Magelang, Februari 2011 With love ♥
The Writer
Arin
Ulul Astita
Chapter 1. Prince Charming Walked
Into My Life
Awalnya dingin, mungkin hampir sama seperti
mencurigai musim yang kadang mengecewakan, datang seenaknya kemudian pergi
disaat sedang benar - benar dinikmati.
Sabtu malam itu seperti biasa. Hujan, secangkir
hot chocolate, radio di kamar dan Shidney
Seldon, novel yang aku pinjam dari perpustakaan sekolah seminggu lalu, aku
belum sempat membacanya hari ini.
Namaku Arin. Sebagian
orang memanggilku Karin. Mungkin Karin lebih familiar ditelinga mereka. Aku
anak SMA baru naik kelas 3, umur 17 tahun. Aku suka puisi, strawberry dan filosofinya. Dan banyak hal
yang aku suka.
Malam itu hujan belum berhenti dan malah makin
deras. Lagu-lagu Melly Goeslaw selalu jadi favoritku. Liriknya puitis. Aku suka
dengan segala sesuatu yang puitis. Musiknya yang kebanyakan hanya terdengar
dentingan gitar dan pianonya saja, serasi dengan suara jatuhnya hujan. Kututup novel
yang belum tuntas ceritanya, tanganku menyambar beberapa lembar tulisan, sambil
kurebahkan tubuhku keatas tempat tidur. Puisi dari temanku kemarin bahasanya
memang lumayan inspiratif ketimbang novel yang baru kubaca. Aku yakin
penulisnya pasti paham tentang perasaan dan menghargai cinta. Tentang patah
hati dan cinta yang memerah. Cinta memang tak pernah kehabisan kata. Datangnya
seperti kejutan ulang tahun.
Bulan lalu aku baru dikenalkan
seseorang oleh temanku, tapi aku pikir aku kurang sepaham dengannya. Tampan,
putih, tinggi, baik. Tapi sekali saja aku mencium bau
parfumnya, sulit aku membedakan aroma womanizer
atau metroseksual. Keentahan yang entah.
Dua bulan lalu seorang teman juga mengenalkanku
dengan temannya. Kembali aku kurang sepaham dengannya. Dan bersamaan mereka datang. Mungkin kebetulan. Terlalu cepat mendekat.
Aku tidak tertarik dengan segala sesuatu yang tergesa-gesa dan terkesan
memaksa.
Singkat. Sedikitpun tak pernah mengira ternyata
cinta kali ini berpihak padaku. Desember, hujan, cinta, prince charming.
Kututup akhir tahun ini dengan debaran yang lebih indah seribu kali lipat
dibanding menyaksikan kembang api di atas eiffel sambil countdown menunggu pergantian tahun. Kepadanya aku mengaku jatuh.
Seperti margarin di atas panci, aku meleleh. Dia beda, sangat sopan, tidak
tergesa-gesa, dan bau parfumnya seperti aromatherapic
candle di kamarku. Aku nyaman.
Finally,
we are stuck in a long conversation. ...dia memilihku. Singkat dan tegas. Seperti gaya bicaranya.
Aku paling jago soal pendapat menurutnya, tapi
menurutku dia paling jago soal hati. Hampir tiap kali aku ngobrol dengannya aku
dibuat tertawa dan nyaman. Suaranya menggantikan instrumen musik klasik
pengantar tidurku. Dia lebih indah dari gerimis malam. Sekalipun dia tidak
pernah membuat aku marah sampai semarah-marahnya. Bisa dibayangkan satu scoop ice cream dengan toping strawberry sama manisnya dengan ucapan
selamat malam dari dia.
Sweet
closing setelah berjam-jam ngobrol, rasanya bisa buat bekal seminggu nunggu
kabar dia lagi. Bone nuit my prince charming. Je t’aime.
---------..---------
Chapter 2. Pertemuan Kedua
12 April 2008.
Tidar siang ini
Penantian..
Pertemuan..
Pintu gerbang kesatrian masih terus kupandangi
Menanti dia keluar dari sana, berjalan mendekat menujuku
Lembah Tidar yang penuh rindu
Hujan sudah reda, tapi dingin belum mau pergi
Kurapikan jaketku dan memasukkannya ke dalam tas putihku
Masih menunggu...
Di dalam caffe, di kursi kayu yang didesain sederhana ala klasik
Ditemani musik klasik yang pasti akan menyempurnakan pertemuanku
dengannya
My dearest hero....
Lembah Tidar dan senja
“Aku tak mungkin ada disini kalau bukan cinta
yang mengantarku”
“Maksudnya?”
“Aku belum pernah mengenal tempat ini
sebelumnya. Tapi tempat ini pasti akan jadi kenangan buatku. Aku percaya penuh
denganmu, itu alasan mengapa aku berani keluar rumah sampai aku ada disini
sekarang.”
“Thank you, I love you my chinderella”
“I love you too my robinhood”
Aku akan pulang, menunggu hari minggu, yang entah sampai kapan hari
minggu itu akan terus berlaku.
untuk bertemu denganmu lagi atau hanya sekedar mendengar suaramu
atau bahkan tidak sama sekali. Karena aturan memang selalu menang dan cinta
harus mengalah untuk bertahan.
Chapter 3. Pertemuan Ketiga
Mei 2008
Tiga scoop ice cream
dengan topping strawberry sama dengan
satu senyuman manis darinya. Seumur hidupku, baru kali ini aku makan ice cream
strawberry sambil duduk berhadapan dengan pangeran. Aku benar-benar seperti
berada di dunia disney. He treat me like
a princess!
Magelang kota harapan
Sama seperti perasaan kita berdua, aku menaruh sepotong harapan
untuk cintaku
Aku bilang padanya; aku berpendapat jika secangkir kopi dan hujan
itu selalu serasi
Dia bilang memang benar, tapi kita lebih serasi dari kopi dan hujan
Lembah Tidar dan cintaku
“Terimakasih untuk pertemuan ini. Do’akan aku.
Kita akan jauh. Latsitarda didepan mata. Mungkin 3bulan tanpa handphone.”
“Iya... untukmu selalu. Aku milikmu, jauh
ataupun dekat”
Sampai jumpa robinhood, bertemu 2 jam cukup daripada tidak sama
sekali.
Chapter 4. Diary Cinta Pertama
(Roll on Sunday !!)
Juni,2008
Juni,2008
Dear Diary.......... I miss him.
Aku kangen
Kangen magelang, lembah tidar, Jln Sunan Giri no 16, koella, ice cream strawberry, hujan
Utuh. Sekian.
♫
I
remember all the things that we shared and the promise we made, just you and I
I remember all the laughter we shared, all the wishes we made, upon
the roof at down
Do you remember? ♫
When we were dancing in the rain in that December
And I remember when my father thought you were a burglar
I remember the way you read your books yes I remember
The way you tied your shoes, yes I remember
The cake you loved the most I remember,
The way you drank your coffee I remember,
The way you glanced at me, yes I remember
When we caught a shooting star, yes I remember
I remember, When we were dancing in the rain in that December
And the way you smile at me yes I remember ♫
Chapter 8. Thanks a Bunch For
Loving
Well, Chinderella dan robinhood adalah 2 tokoh
yang sangat berbeda, semua orang juga tahu mereka tak pernah ada dalam satu stage, tapi kita suka dengan karakter
itu.
Kadang aku perlu sadar bahwa hikmah dari setiap cerita cinta itu
sangat indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar