Minggu, 01 Maret 2015

FIRST LOVE

Preface

                Ada banyak hal yang lekat di ingatan tentang segala sesuatu yang hadir pada saat-saat pertama, dan salah satunya adalah cinta pertama. Lembah tidar seperti strawberry diatas kue tart. Indah dan tak terduga. Disana kutemukan senyum, tawa, bahagia, dan rasa yang paling tak terkira.. RINDU.
I wrote this story with nothing but the feelings I had at that moment, those thoughts in mind about my first and only love.
Terima kasih teruntuk cinta pertamaku yang telah banyak memberi arti dalam hidupku sampai aku mengalami berbagai rasa yang begitu dahsyat.
Terima kasih telah menerima kekuranganku dengan segala kekonyolanku. Terima kasih telah mengajariku ketidaktahuanku dan menunjukkan arti sabar dan ikhlas. Terima kasih pernah mencintaiku, membuat aku menikmati rasanya dicintai hingga aku mampu mencintaimu juga seperti ketika itu.
Then, from those reasons, just like a story writer I wanna tell about the chapters of my love story as can as I remember.


Magelang, Februari 2011                        With love
                                                               The Writer
                                                            Arin Ulul Astita

Chapter 1. Prince Charming Walked Into My Life

Awalnya dingin, mungkin hampir sama seperti mencurigai musim yang kadang mengecewakan, datang seenaknya kemudian pergi disaat sedang benar - benar dinikmati.
Sabtu malam itu seperti biasa. Hujan, secangkir hot chocolate, radio di kamar dan Shidney Seldon, novel yang aku pinjam dari perpustakaan sekolah seminggu lalu, aku belum sempat membacanya hari ini.
Namaku Arin. Sebagian orang memanggilku Karin. Mungkin Karin lebih familiar ditelinga mereka. Aku anak SMA baru naik kelas 3, umur 17 tahun. Aku suka puisi, strawberry dan filosofinya. Dan banyak hal yang aku suka.
Malam itu hujan belum berhenti dan malah makin deras. Lagu-lagu Melly Goeslaw selalu jadi favoritku. Liriknya puitis. Aku suka dengan segala sesuatu yang puitis. Musiknya yang kebanyakan hanya terdengar dentingan gitar dan pianonya saja, serasi dengan suara jatuhnya hujan. Kututup novel yang belum tuntas ceritanya, tanganku menyambar beberapa lembar tulisan, sambil kurebahkan tubuhku keatas tempat tidur. Puisi dari temanku kemarin bahasanya memang lumayan inspiratif ketimbang novel yang baru kubaca. Aku yakin penulisnya pasti paham tentang perasaan dan menghargai cinta. Tentang patah hati dan cinta yang memerah. Cinta memang tak pernah kehabisan kata. Datangnya seperti kejutan ulang tahun.
Bulan lalu aku baru dikenalkan seseorang oleh temanku, tapi aku pikir aku kurang sepaham dengannya. Tampan, putih, tinggi, baik. Tapi sekali saja aku mencium bau parfumnya, sulit aku membedakan aroma womanizer  atau metroseksual. Keentahan yang entah.
Dua bulan lalu seorang teman juga mengenalkanku dengan temannya. Kembali aku kurang sepaham dengannya. Dan bersamaan mereka datang. Mungkin kebetulan. Terlalu cepat mendekat. Aku tidak tertarik dengan segala sesuatu yang tergesa-gesa dan terkesan memaksa.


Singkat. Sedikitpun tak pernah mengira ternyata cinta kali ini berpihak padaku. Desember, hujan, cinta, prince charming. Kututup akhir tahun ini dengan debaran yang lebih indah seribu kali lipat dibanding menyaksikan kembang api di atas eiffel sambil countdown menunggu pergantian tahun. Kepadanya aku mengaku jatuh. Seperti margarin di atas panci, aku meleleh. Dia beda, sangat sopan, tidak tergesa-gesa, dan bau parfumnya seperti aromatherapic candle di kamarku. Aku nyaman.

Finally, we are stuck in a long conversation.  ...dia memilihku. Singkat dan tegas. Seperti gaya bicaranya.

Aku paling jago soal pendapat menurutnya, tapi menurutku dia paling jago soal hati. Hampir tiap kali aku ngobrol dengannya aku dibuat tertawa dan nyaman. Suaranya menggantikan instrumen musik klasik pengantar tidurku. Dia lebih indah dari gerimis malam. Sekalipun dia tidak pernah membuat aku marah sampai semarah-marahnya. Bisa dibayangkan satu scoop ice cream dengan toping strawberry sama manisnya dengan ucapan selamat malam dari dia.
Sweet closing setelah berjam-jam ngobrol, rasanya bisa buat bekal seminggu nunggu kabar dia lagi. Bone nuit my prince charming. Je t’aime.

---------..---------

Chapter 2. Pertemuan Kedua

12 April 2008.
Tidar siang ini
Penantian..
Pertemuan..
Pintu gerbang kesatrian masih terus kupandangi
Menanti dia keluar dari sana, berjalan mendekat menujuku
Lembah Tidar yang penuh rindu
Hujan sudah reda, tapi dingin belum mau pergi
Kurapikan jaketku dan memasukkannya ke dalam tas putihku
Masih menunggu...
Di dalam caffe, di kursi kayu yang didesain sederhana ala klasik
Ditemani musik klasik yang pasti akan menyempurnakan pertemuanku dengannya
My dearest hero....
Lembah Tidar dan senja
“Aku tak mungkin ada disini kalau bukan cinta yang mengantarku”
“Maksudnya?”
“Aku belum pernah mengenal tempat ini sebelumnya. Tapi tempat ini pasti akan jadi kenangan buatku. Aku percaya penuh denganmu, itu alasan mengapa aku berani keluar rumah sampai aku ada disini sekarang.”
“Thank you, I love you my chinderella”
“I love you too my robinhood”

Aku akan pulang, menunggu hari minggu, yang entah sampai kapan hari minggu itu akan terus berlaku.
untuk bertemu denganmu lagi atau hanya sekedar mendengar suaramu atau bahkan tidak sama sekali. Karena aturan memang selalu menang dan cinta harus mengalah untuk bertahan.

Chapter 3. Pertemuan Ketiga

Mei 2008
Tiga scoop ice cream dengan topping strawberry sama dengan satu senyuman manis darinya. Seumur hidupku, baru kali ini aku makan ice cream strawberry sambil duduk berhadapan dengan pangeran. Aku benar-benar seperti berada di dunia disney. He treat me like a princess!
Magelang kota harapan
Sama seperti perasaan kita berdua, aku menaruh sepotong harapan untuk cintaku
Aku bilang padanya; aku berpendapat jika secangkir kopi dan hujan itu selalu serasi
Dia bilang memang benar, tapi kita lebih serasi dari kopi dan hujan
Lembah Tidar dan cintaku
“Terimakasih untuk pertemuan ini. Do’akan aku. Kita akan jauh. Latsitarda didepan mata. Mungkin 3bulan tanpa handphone.”
“Iya... untukmu selalu. Aku milikmu, jauh ataupun dekat”  
Sampai jumpa robinhood, bertemu 2 jam cukup daripada tidak sama sekali.

Chapter 4. Diary Cinta Pertama (Roll on Sunday !!)

 Juni,2008
Dear Diary.......... I miss him.
Aku kangen
Kangen magelang, lembah tidar, Jln Sunan Giri no 16, koella, ice cream strawberry, hujan


Utuh. Sekian.



I remember all the things that we shared and the promise we made, just you and I
I remember all the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at down
Do you remember?
When we were dancing in the rain in that December
And I remember when my father thought you were a burglar
I remember the way you read your books yes I remember
The way you tied your shoes, yes I remember
The cake you loved the most I remember,
The way you drank your coffee I remember,
The way you glanced at me, yes I remember
When we caught a shooting star, yes I remember
I remember, When we were dancing in the rain in that December
And the way you smile at me yes I remember



Chapter 8. Thanks a Bunch For Loving
Well, Chinderella dan robinhood adalah 2 tokoh yang sangat berbeda, semua orang juga tahu mereka tak pernah ada dalam satu stage, tapi kita suka dengan karakter itu.

Kadang aku perlu sadar bahwa hikmah dari setiap cerita cinta itu sangat indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar