Senin, 19 Januari 2015

DAN PALING TIDAK.......





Barangkali ini waktunya aku mengumpulkan keberanianku untuk menuliskan sesuatu yang tak mampu aku ungkapkan sebagai kenang-kenangan. Rasanya terlalu lugu jika aku menceritakannya pada setiap jalan-jalan lengang dimana kala itu pernah kulewati bersamamu, ketika mereka tak sengaja turut menyimak kebahagiaanku ataupun kedukaanku yang tak biasa ini. Kepada kalian para hati yang sedang runtuh: “Beri tahu aku bagaimana caranya melonggarkan sedikit pelukan asmara yang begitu erat mendekap tanpa ampun?? Aku sesak.” .. Dan Kepada kalian para perempuan yang dicintai sepenuh hati: “Menurutmu siapa paling menangisi kerinduan? Kamu atau kekasihmu?? Aku sedang mendapati kedukaan untuk kesekian kalinya, diantara takut, marah, kecewa, sekaligus ingin”. Sebenarnya aku malu mengaku sepolos ini.... 
Lalu kini kusampaikan juga padamu sayang.. Kepada hati yang paling hebat membuatku lupa aturan cinta: Setiap hari, pagi-pagi sekali aku selalu menemukan kepingan hati yang pecah, menangis, dan mengiba. Bagaimana bisa aku menikmati ini begitu tenang, sementara setiap hari aku harus menyapu bayangmu yang selalu saja jatuh di lantai kamarku. Selalu kudapati segala tentangmu disini padahal tak satupun kumiliki fotomu.. apa mungkin karena terlalu hebat perasaan ini terhadapmu hingga beberapa keindahan didepanku kuanggap debu.. Entah.. Sayang apa boleh aku marah semarah-marahnya? Dan sayang... tak ada apapun barang berharga yang bisa kupecahkan dikamarku.. biar kuredakan saja semuanya dengan cara sederhana: bersembunyi sambil memunguti dan merapikan serpihan hatiku yang terlebih dahulu pecah. Aku memang tidak pernah terlatih dalam hal amarah, jadi jangan paksa aku untuk membenci. ....... kamu hadir dalam hidupku dan memberiku ruang yang begitu luas untuk mengenalmu sampai sedalam ini.. Awalnya aku ragu, lukaku belum sembuh.. tapi kamu datang..... Dan denganmu sungguh tak kupungkiri aku begitu ingin, dengan alasan yang jelas aku mulai rajin merinduimu tanpa kubelajar darinya atau dari siapapun. Kadang ingin aku menulis puisi tentangmu.. Tapi semakin aku ingin, malah semakin keras debaran kehadiranmu yang semu menyapaku dan pada akhirnya aku tak sempat.. karena pada kenyataan yang ada, aku lebih sibuk menahan airmataku. Mungkin kamu lebih tahu tentang hal darimu yang paling tak pernah terlupakan untukku adalah apa...... tentu kamu yang bisa menjawab, karena kamu anggap aku sebagai apa? karena kamu mengucap selamat tidur padaku untuk apa? karena kamu yang pertama kali menelponku diwaktu subuh karena apa?  karena kamu yang rajin membuaiku dengan kata-katamu tentang masa depan, demi apa?  karena kamu menyadari kehadiranku sejak kapan? Sayang... dan aku selalu mengikutimu........ sulit aku menolak... aku mencair....secair-cairnya....................luluh dan lebur.... dan salahku, aku selalu pasrah......kamu bilang kamu butuh aku.. aku datang.. kamu minta aku menjauh dan aku pergi..............................kamu minta aku kembali lagi..dan aku pulang.. mau kamu apakan hatiku... kamu bawa kemana hati ini.. lalu kamu lempar kemanapun aku...
Aku masih disini............................dengan hati yang sama..
Lalu, kurang deras bagaimana lagi aku untukmu? Menangisimu..mencemburuimu.. menyayangimu.. ini caraku mencintaimu. Aku tak menuntutmu untuk harus selalu mengerti apa yang aku ucapkan, tapi apa pernah aku minta untuk disakiti? Aku mengaku kacau saat ini. Temanku sendiri pasti mencibirku sambil memutar lagu sedih kesukaanku demi menyempurnakan sedihku atau sesekali menengok iba, menyentuh basah pipiku sembari menabur bunga di pusaran hatiku yang rusak. Tak ada yang mampu aku ucap saat huruf-huruf namamu ikut tercecer di depan kakiku menterjemahkan kamu. Aku diam. Dan paling tidak aku mengenalmu.  Sayang.. hari ini aku lupa dengan sesuatu yang disebut rindu dan cemburu, seperti polosnya seorang dara yang baru bermain-main dengan hati. Aku baru tahu, sebegini ngilu luka yang dilahirkan cinta. Kamu bahkan tak pernah meninggalkan pesan terakhir sebagai bekal perjalananku tanpamu atau sekedar basa-basi bertanya apakah aku berani merawat semuanya sendiri setelah ini? Dari awal kamu benar-benar hebat membuatku membumbung seolah kau memang terbiasa bercinta dengan hatiku dan tahu semua kesukaanku tanpa kubercerita. Bagaimana denganmu? Iya, kamu sayang... Kamu yang begitu tampan dimataku. Mengapa menoleh? Aku juga sedang mengajakmu bicara.. jangan kamu kira aku ini gila karena tergila-gila padamu sampai mengira superman di film kartun itu kamu? aku sehat dan membayangkan wajahmu saja aku tak perlu belajar.. mengucap tiap bait puisimu aku tak perlu mengeja.. aku bahkan hafal kertas apa yang kau pakai untuk menuliskan puisimu.. mengagumi kekuranganmu.. menciumi lukamu.....aku yang kadang berlebihan dan manja dan bahkan kadang kehilangan sense of homour secara tiba-tiba... flat............ dan menyebalkan katamu. Sampai kamu melepaskanku demi sebuah alasan yang tidak bisa ditawar. Entah.. soal hati aku memang terlatih tapi aku tidak pernah terlatih soal membaca pikiran....
Dan sayang.... paling tidak aku mengenalmu. Bertemu denganmu sebegini saja terlampau indah bagiku. Semoga kamu tahu bahwa aku padamu begitu apa adanya tanpa siasat untuk melukaimu atau siapapun. Apapun ini.......Ku anggap seperti sedang menikmatinya sendiri seolah rasa ini begitu manis, romantis tanpa sakit.. sampai aku menemukan keberanian atas batinku untuk mengaku bahwa aku ikhlas... Dan cukuplah Allah saksi atas apa yang kurasa. Sayang.. sejujurnya untuk menuliskan ini saja, aku takut mengenangmu sebagai kekasih yang paling tak  terlupakan. Thanks for all caring, loving, sharing, listening, and all the sweetest days I’ve ever had with you.................................. 

  20 Januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar