Barangkali ini waktunya aku mengumpulkan keberanianku untuk menuliskan sesuatu yang tak mampu aku ungkapkan sebagai kenang-kenangan. Rasanya terlalu lugu jika aku menceritakannya pada setiap jalan-jalan lengang dimana kala itu pernah kulewati bersamamu, ketika mereka tak sengaja turut menyimak kebahagiaanku ataupun kedukaanku yang tak biasa ini. Kepada kalian para hati yang sedang runtuh: “Beri tahu aku bagaimana caranya melonggarkan sedikit pelukan asmara yang begitu erat mendekap tanpa ampun?? Aku sesak.” .. Dan Kepada kalian para perempuan yang dicintai sepenuh hati: “Menurutmu siapa paling menangisi kerinduan? Kamu atau kekasihmu?? Aku sedang mendapati kedukaan untuk kesekian kalinya, diantara takut, marah, kecewa, sekaligus ingin”. Sebenarnya aku malu mengaku sepolos ini....
Lalu kini kusampaikan juga padamu sayang..
Kepada hati yang paling hebat membuatku lupa aturan cinta: Setiap hari,
pagi-pagi sekali aku selalu menemukan kepingan hati yang pecah, menangis, dan
mengiba. Bagaimana bisa aku menikmati ini begitu tenang, sementara setiap hari
aku harus menyapu bayangmu yang selalu saja jatuh di lantai kamarku. Selalu
kudapati segala tentangmu disini padahal tak satupun kumiliki fotomu.. apa
mungkin karena terlalu hebat perasaan ini terhadapmu hingga beberapa keindahan
didepanku kuanggap debu.. Entah.. Sayang apa boleh aku marah semarah-marahnya? Dan
sayang... tak ada apapun barang berharga yang bisa kupecahkan dikamarku.. biar
kuredakan saja semuanya dengan cara sederhana: bersembunyi sambil memunguti dan
merapikan serpihan hatiku yang terlebih dahulu pecah. Aku memang tidak pernah
terlatih dalam hal amarah, jadi jangan paksa aku untuk membenci. ....... kamu
hadir dalam hidupku dan memberiku ruang yang begitu luas untuk mengenalmu
sampai sedalam ini.. Awalnya aku ragu, lukaku belum sembuh.. tapi kamu
datang..... Dan denganmu sungguh tak kupungkiri aku begitu ingin, dengan alasan
yang jelas aku mulai rajin merinduimu tanpa kubelajar darinya atau dari
siapapun. Kadang ingin aku menulis puisi tentangmu.. Tapi semakin aku ingin,
malah semakin keras debaran kehadiranmu yang semu menyapaku dan pada akhirnya
aku tak sempat.. karena pada kenyataan yang ada, aku lebih sibuk menahan
airmataku. Mungkin kamu lebih tahu tentang hal darimu yang paling tak pernah
terlupakan untukku adalah apa...... tentu kamu yang bisa menjawab, karena kamu
anggap aku sebagai apa? karena kamu mengucap selamat tidur padaku untuk apa?
karena kamu yang pertama kali menelponku diwaktu subuh karena apa? karena kamu yang rajin membuaiku dengan kata-katamu
tentang masa depan, demi apa? karena kamu menyadari kehadiranku
sejak kapan? Sayang... dan aku selalu mengikutimu........ sulit aku menolak...
aku mencair....secair-cairnya....................luluh dan lebur.... dan
salahku, aku selalu pasrah......kamu bilang kamu butuh aku.. aku datang.. kamu
minta aku menjauh dan aku pergi..............................kamu minta aku
kembali lagi..dan aku pulang.. mau kamu apakan hatiku... kamu bawa kemana hati
ini.. lalu kamu lempar kemanapun aku...
Aku masih
disini............................dengan hati yang sama..
Lalu, kurang deras bagaimana lagi aku untukmu?
Menangisimu..mencemburuimu.. menyayangimu.. ini caraku mencintaimu. Aku tak
menuntutmu untuk harus selalu mengerti apa yang aku ucapkan, tapi apa pernah
aku minta untuk disakiti? Aku mengaku kacau saat ini. Temanku sendiri pasti
mencibirku sambil memutar lagu sedih kesukaanku demi menyempurnakan sedihku
atau sesekali menengok iba, menyentuh basah pipiku sembari menabur bunga di
pusaran hatiku yang rusak. Tak ada yang mampu aku ucap saat huruf-huruf namamu
ikut tercecer di depan kakiku menterjemahkan kamu. Aku diam. Dan paling tidak
aku mengenalmu. Sayang.. hari ini aku
lupa dengan sesuatu yang disebut rindu dan cemburu, seperti polosnya seorang
dara yang baru bermain-main dengan hati. Aku baru tahu, sebegini ngilu luka
yang dilahirkan cinta. Kamu bahkan tak pernah meninggalkan pesan terakhir
sebagai bekal perjalananku tanpamu atau sekedar basa-basi bertanya apakah aku
berani merawat semuanya sendiri setelah ini? Dari awal kamu benar-benar hebat
membuatku membumbung seolah kau memang terbiasa bercinta dengan hatiku dan tahu
semua kesukaanku tanpa kubercerita. Bagaimana denganmu? Iya, kamu sayang... Kamu
yang begitu tampan dimataku. Mengapa menoleh? Aku juga sedang mengajakmu
bicara.. jangan kamu kira aku ini gila karena tergila-gila padamu sampai
mengira superman di film kartun itu kamu? aku sehat dan membayangkan wajahmu saja
aku tak perlu belajar.. mengucap tiap bait puisimu aku tak perlu mengeja.. aku
bahkan hafal kertas apa yang kau pakai untuk menuliskan puisimu.. mengagumi
kekuranganmu.. menciumi lukamu.....aku yang kadang berlebihan dan manja dan
bahkan kadang kehilangan sense of homour secara tiba-tiba... flat............
dan menyebalkan katamu. Sampai kamu melepaskanku demi sebuah alasan yang tidak
bisa ditawar. Entah.. soal hati aku memang terlatih tapi aku tidak pernah
terlatih soal membaca pikiran....
Dan sayang.... paling tidak aku mengenalmu.
Bertemu denganmu sebegini saja terlampau indah bagiku. Semoga kamu tahu bahwa
aku padamu begitu apa adanya tanpa siasat untuk melukaimu atau siapapun. Apapun
ini.......Ku anggap seperti sedang menikmatinya sendiri seolah rasa ini begitu
manis, romantis tanpa sakit.. sampai aku menemukan keberanian atas batinku
untuk mengaku bahwa aku ikhlas... Dan cukuplah Allah saksi atas apa yang
kurasa. Sayang.. sejujurnya untuk menuliskan ini saja, aku takut mengenangmu
sebagai kekasih yang paling tak
terlupakan. Thanks for all caring, loving, sharing,
listening, and all the sweetest days I’ve ever
had with you..................................
20 Januari 2015
20 Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar